Kamis, 16 Februari 2012

ilmu hikmah

Ismul A’zhom merupakan Nama Allah Yang Agung. Ismul / isim / asma’ yang artinya Nama, Al-a’zhom ( الأعْظَمُ ) yang artinya Maha Agung.

Seperti halnya Asmaul Husnah, ismul A’zhom juga sangat terkenal dalam amalan doa kaum muslimin. Sebab telah diriwayatkan dari Rasulullah SAW bahwa barang siapa berdoa dengan menyebut Ismul a’zhom niscaya doanya akan dikabulkan.

Nabi Shalallahu alaihi wa sallam mendengar seorang laki-laki berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, sesungguhnya aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Engkau, Yang Esa, Yang menjadi tempat bergantung segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakan, dan yang tidak ada sesuatu pun yang setara denganNYA.”

Lantas Nabi shalallahu alaihi wa sallam berkata: “engkau telah memohon kepada Allah dengan isim A’zhom, yang jika dipakai untuk memohon niscaya akan diberi, dan bila dipakai untuk berdoa niscaya akan dikabulkan.” (HR. Abu Daud, Attirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Alhakim dari Abdullah bin Buraidah ra)

Dari shahabat Abu Tholhah ra, katanya: Rasulullah SAW mendatangi seorang laki-laki, yang ketika itu sedang berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Mu bahwa hanya bagiMu segala pujian, tidak ada tuhan selain Engkau, Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemberi karunia, Pencipta langit dan bumi, Yang memiliki Keagungan dan kemuliaan

Lantas Rasulullah SAW berkata: “Sungguh dia telah memohon kepada Allah dengan isim a’dhom yang jika dipakai berdoa dengannya niscaya akan dikabulkan dan jika dipakai untuk memohon dengannya niscaya akan diberi.

Dalam hadist lain:
Isim Allah yang maha Agung itu, yang jika dipakai buat berdoa dengannya niscaya akan dikabulkan, didalam ayat ini: yaitu ayat 20 dari surah Ali Imraan.” (HR, Atthobarony dari Ibnu Abbas ra).

Dalam hadist lain:
Isim Allah yang maha agung terdapat dalam enam ayat dari akhir surah Al Hasyr.” (HR. Addailamy dari Ibnu Abbas ra).

Tetapi walaupun tidak ada pernyataan yang pasti dari Rasulullah SAW tentang isim a’zhom ini, namun dari hadist tersebut bisa diketahui gambaran dan ciri-cirinya.

Bagaimana seorang hamba mendapatkan ismul a’dhom? Menurut saya pribadi, sebagai berikut:

  1. Adakalanya seorang hamba mendapat-kan isim a’zhom dengan jalan ilham atau mimpi. Seperti dalam hadist diatas, lelaki tersebut dapat mengucapkan ismul a’dhom meskipun Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan kepadanya. Itu merupakan rahmat dari Allah atas diri seorang hamba. Jadi ismul a’dhom hanya diketahui oleh hamba-hamba yang dicintai dan diridhoiNYA.
  2. Ismul a’zhom biasanya terilham dalam diri seorang hamba yang betul-betul sedang mengharapkan pertolongan hanya kepada Allah SWT. Dalam hatinya benar-benar hanya memohon kepada Allah SWT, tidak kepada yang lain. Dalam beberapa riwayat dari pengamal ismul a’zhom, mereka mendapatkannya ketika dalam keadaan terdesak dan tiada lagi yang bisa memberi pertolongan kecuali hanya Allah SWT saja. Dan Allah SWT mengilhamkan dalam hati sang hamba ilmu hikmah ini.
  3. Menurut Imam Ahmad Albuny, cara mendapatkan isim a’zhom dikalangan auliya berbeda-beda. Dan bacaan amalan ismul a’dhom pun ada bermacam-macam. Seperti yang kita ketahui sekarang ini. Setiap guru, syekh dan para auliya bisa jadi memiliki amalan bacaan ismul a’zhom tersendiri sesuai dengan maqam ketaqwaannya. Jadi Ismul A’zhom tidak diketahui kecuali oleh orang-orang tertentu yang sangat dekat dengan Allah SWT.

Ismul a’zhom yang sejati adalah yang muncul dari ilham ilahi, terucap dari lubuk hati tanpa direkayasa oleh akal dan nafsu.

 
1.       Yaa Allaahu anta robbunaa laa ilaaha illaa anta
* Ya Allah, Engkau Tuhan kami, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau
2. Yaa Rahmaanu narjuu rohmatak
* Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, kami mengharap kasih sayang-Mu.
3. Yaa Rahiimu irhamnaa
* Ya Tuhan yang Maha Penyayang, kasih dan sayangilah kami.
4. Yaa Maaliku A'thinaa min mulkika
* Ya Tuhan yang Maha Raja (mempunyai kekuasaan), berikanlah kepada kami dari kekuasaan-Mu.
5. Yaa Qudduusu Qaddis Fithratanaa
* Ya Tuhan yang Maha Suci, sucikanlah fitrah kejadian kami
6. Yaa salaamu sallima min aafaatid dunyaa wa'adzaabil aakhirah
* Ya Tuhan Pemberi selamat, selamatkanlah kami dari fitnah bencana dunia dan siksa di akherat.
7. Yaa mukminu aaminaa wa-aamin ahlanaa wabaladanaa
* Ya Tuhan yang memberi keamanan, berikanlah kami keamanan, keluarga kami dan negeri kami.
8. Ya Muhaiminu haimin auraatinaa wa-ajsaadanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Melindungi, lindungilah cacat dan jasad kami.
9. Yaa Aziizu Azziznaa bil'ilmi walkaroomah
* Ya Tuhan Yang Maha Mulia, muliakanlah kami dengan ilmu pengetahuan dan kemuliaan.
10. Yaa Jabbaaru hab lanaa min jabaruutika
* Ya Tuhan Yang Maha Perkasa, berikanlah kepada kami dari keperkasaan-Mu.
11. Yaa Mutakabbiru bifadhlika ij'alnaa kubaraa
* Ya Tuhan Yang Maha Megah, dengan anugerah-Mu jadikanlah kami orang yang megah.
12. Yaa Khooliqu hassin kholqonaa wahassin khuluqonaa
* Ya Tuhan Yang Maha Menciptakan/Menjadikan, baguskanlah kejadian kami dan baguskanlah akhlak kami.
13. Yaa Baari'u abri'naa minasy syirki walmaradhi walfitnati
* Ya Tuhan yang Maha Membebaskan, bebaskan kami dari syirik, penyakit, dan fitnah.
14. Yaa Mushawwiruu shawirnaa ilaa ahsanil kholqi walhaali
* Ya Tuhan yang Maha Membentuk, bentuklah kami menjadi sebaik-baiknya makhluk dan sebaik-baik keadaan.
15. Ya Ghoffaaru ighfir lanaa dzunuubanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Pengampun , ampunilah dosa-dosa kami.
16. Yaa Qohhaaru iqhar aduwwanaa ilal istislami
* Ya Tuhan Yang Maha Memaksa, paksalah musuh kami untuk tunduk/menyerah
17. Ya Wahhaabu Hab lanaa dzurriyatan thayyibah
* Ya Tuhan Yang Maha Memberi, berikanlah kepada kami anak keturunan yang baik
18. Ya Rozzaaqu urzuqnaa halaalan thoyyiban waasi'aa
* Ya Tuhan Yang Maha Memberi rezeki, berikanlah rezki yang halal, bergizi dan banyak
19. Yaa Fattaahu iftah lanaa abwaabal khoiri
* Ya Tuhan yang Maha Membuka, bukakanlah buat kami semua pintu kebaikan.
20. Yaa aliimu a'limnaa maa laa na'lam
* Ya Tuhan Yang Maha Mengetahui, beritahukanlah kepada kami apa yang kami tidak mengetahuinya.
21. Yaa Qoobidhu idzaa jaa'a ajalunaa faqbidh ruuhanaa fii husnil khotimah
* Ya Tuhan Yang Maha Mencabut, jika telah sampai ajal kami, cabutlah ruh kami dalam keadaan khusnul khotimah.
22. Yaa baasithu ubsuth yadaaka alainaa bil athiyyah
* Ya Tuhan Yang Maha Meluaskan, luaskan kekuasaan-Mu kepada kami dengan penuh pemberian.
23. Ya khoofidhu ihkfidh man zholamanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Menjatuhkan, jatuhkanlah orang yang menzalimi kami.
24. Ya roofi'u irfa darojaatinaa.
* Ya Tuhan Yang Maha Mengangkat, angkatlah derajat kami.
25. Ya Mu'izzu aatinaa izzataka.
* Ya Tuhan Yang Maha Memberi kemuliaan, limpahkanlah kemulaiaan-Mu kepada kami.
26. Yaa mudzillu dzallilman adzallanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Menghinakan, hinakanlah orang yang menghina kami.
27. Yaa samii'u isma syakwatanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Mendengar. dengarkanlah pengaduan kami.
28. Yaa bashiiru abshir hasanaatinaa
* Ya Tuhan Yang Maha Melihat, lihatlah semua amal kebaikan kami.
29. Yaa hakamu uhkum manhasada alainaa wa ghosysyanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Menetapkan hukum, hukumlah orang-orang yang dengki dan curang kepada kami.
30. Yaa adlu i'dil man rahimanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Menetapkan keadilan, berikan keadilan kepada orang yang sayang kepada kami.
31. Yaa khobiiru ihyinaa hayaatal khubaroo
* Ya Tuhan Yang Maha Waspada, jadikanlah hidup kami seperti kehidupan orang-orang yang selalu waspada (ahli peneliti).
32. Yaa haliimu bilhilmi zayyinnaa
* Ya Tuhan Yang Maha Penyantun, hiasilah hidup kami dengan sikap penyantun.
33. Yaa lathiifu ulthuf binaa
* Ya Tuhan Yang Maha Halus, bersikaplah halus kepada kami.
34. Yaa azhiimu ahyinaa hayaatal uzhomaa
* Ya Tuhan Yang Maha Agung, hidupkanlah kami sebagaimana kehidupan orang-orang yang agung.
35. Yaa ghofuuru ighfir lanaa waisrofanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Pengampun, ampunilah dosa kami dan keteledoran kami.
36. Ya syakuruu a'innaa 'alaa syukrika
* Ya Tuhan Yang Maha Menerima syukur, berikanlah kami kemampuan untuk selalu bersyukur kepada-Mu.
37. Ya aliyyu uluwwaka nastaghiitsu
* Ya Tuhan Yang Maha Tinggi, kami mengharap ketinggian dari-Mu
38. Yaa kabiiru ij'alnaa kubarooa
* Ya Tuhan Yang Maha Besar, jadikanlah kami orang yang besar.
39. Yaa hafiizhuu ihfazhnaa min fitnatid dunya wasuuihaa
* Ya Allah Yang Maha memelihara, peliharalah kami dari fitnah dunia dan kejahatannya
40. Yaa muqiitu a'thinaa quwwataka laa haula walaa quwaata illabika
* Ya Allah Tuhan Yang Maha Memberi kekuatan, berikanlah kami kekuatan, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Engkau.
41. Yaa Hasiibu haasibnaa hisaaban yasiiroo
* Ya Tuhan Yang Maha Menghisab, hisablah kami nanti dengan hisaban yang ringan.
42. Yaa jaliilu ahyinaa hayaatal ajillaal.
* Ya Tuhan Yang Maha Luhur, hidupkanlah kami seperti orang-orang yang mempunyai keluhuran
43. Ya kariimu akrimnaa bittaqwaa
*Ya Tuhan Yang Maha Mulia, muliakanlah kami dengan ketaqwaan
44. Ya roqiibu ahyinna tahta riqoobatik
* Ya Tuhan Yang Maha Mengamati geark-gerik, hidupkanlah kami selalu dalam pengamatan-Mu
45. Ya mujiibu ajib da'watanaa waqdhi hawaaijanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Mengabulkan, kabulkanlah do'a dan ajakan kami, luluskanlah semua keperluan kami
46. Yaa waasi'u urzuqnaa rizqon waasi'aa wawassi shuduuronaa
* Ya Tuhan Yang Maha Meluaskan, berikanlah kami rizki yang luas dan luaskanlah dada kami.
47. Yaa hakiimu ahyinaa hayaatal hukamaai
* Ya Tuhan Yang Maha Bijaksana, hidupkanlah kami sebagaimana kehidupan orang-orang yang bijaksana.
48. Yaa waduudu wuddaka ista'tsarnaa wa alhimma mawaddatan warohmah
* Ya Tuhan Yang Maha Mencintai, hanya cintamu kami mementingkan, dan ilhamkanlah kepada kami rasa cinta dan kasih sayang.
49. Ya majiidu a'thinaa majdaka
* Ya Tuhan Yang Maha Mulia, berikanlah kepada kami kemuliaan-Mu
50. Yaa baa'itsu ib'atsnaa ma'asysyuhadaai washshoolihiin
* Ya Tuhan Yang maha Membangkitkan, bangkitkanlah kami bersama orang-orang yang syahid dan orang yang shaleh.
51. Yaa Syaahiidu isyhad bi annaa muslimuun
* Ya Tuhan Yang Maha Menyaksikan, saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada-Mu (Muslimin)
52. Yaa Haqqu dullanaa haqqon wa'thi kulla dzii haqqin haqqoo
* Ya Allah Tuhan Yang Maha Haq, tunjukilah kami kepada yang haq dan berikanlah hak pada setiap orang yang mempunyai haq
53. Yaa wakiilu alaika tawakkalnaa
* Ya Tuhan Yang Maha Memelihara penyerahan, kepada-Mu kami serahkan urusan kami
54. Yaa Qowiyyu biquwwatika fanshurnaa
* Ya Tuhan Yang Maha Kuat, dengan kekuatan-Mu tolonglah kami.
55. Yaa matiinu umtun imaananaa watsabbit aqdaamanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Kokoh, kokohkanlah iman kami dan mantapkan pendirian kami.
56. Yaa Waliyyu ahyinaa hayaatal auliyaa
* Ya Tuhan Yang Maha Melindungi, hidupkanlah kami seperti hamba-hamba-Mu yang mendapat perlindungan (para wali)
57. Yaa haniidu urzuqnaa isyatan hamiidah
* Ya Tuhan Yang Maha Terpuji, limpahkan kepada kami kehidupan yang terpuji.
58. Yaa muhshii ahshinaamin zumrotil muwahhidiin
* Ya Tuhan Yang Maha Menghitung, hitunglah kami termasuk orang-orang yang meng-Esakan Engkau
59. Yaa mubdi'u bismika ibtada'naa
* Ya Tuhan Yang Maha Memulai, dengan nama-Mu kami memulai.
60. Yaa mu'iidu a'id maa ghooba annaa
* Ya Tuhan Yang Maha Mengembalikan, kembalikanlah semua yang hilang dari kami
61. Yaa muhyii laka nuhyii fahayyina bissalaam
* Ya Tuhan Yang Maha Menghidupkan, karena Engkau kami hidup, hidupkanlah kami dengan penuh keselamatan
62. Yaa mumiitu amitna alaa diinil Islaam
* Ya Tuhan Yang Maha Mematikan, matikanlah kami tetap dalam keadaan Islam
63. Yaa Hayyu ahyi wanammi sa'yanaa wasyarikatana waziro'atana..
* Ya Tuhan Yang Maha Hidup , hidupkanlah dan kembangkanlah usaha kami, perusahaan kami dan tanaman kami
64. Ya Qoyyuumu aqimnaa bil istiqoomah
* Ya Tuhan Yang Maha Tegak, tegakkanlah kami dengan konsisten
65. Yaa waajidu aujid maadhoo'a annaa
* Ya Tuhan Yang Maha Mewujudkan / Menemukan, ketemukanlah semua yang hilang dari kami.
66. Yaa maajidu aatinaa majdaka
* Ya Tuhan Yang Maha Mulia, berikanlah kepada kami kemuliaan-Mu
67. Yaa waahidu wahhid tafarruqonaa wajma'syamlanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Esa/Menyatukan, persatukanlah perpecahan kami dan kumpulkanlah keberantakan kami.
68. Yaa shomadu ilaika shomadnaa
* Ya Tuhan yang tergantung kepada-Nya segala sesuatu, hanya kepada-Mu kami bergantung.
69. Yaa qodiiru biqudrotika anjib min zhahrina zhurriyyatan thoyyibah
* Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan kekuasaan-Mu lahirkanlah dari tulnag pungung kami anak keturunan yang baik.
70. Yaa muqtadiru iqtadirlana zaujan wakhoiron kullahu
* Ya Tuhan Yang Maha Menentukan, tentukanlah untuk kami istri dan semua kebaikannya.
71. Ya mukoddimu qoddim hawaaijanaa fiddun-ya wal aakhiroh
* Ya Tuhan Yang Maha Mendahulukan, dahulukan keperluan kami di dunia dan di akherat.
72. Yaa muakhkhiru akhkhirhayaatana bishusnil khootimah.
* Ya Tuhan Yang Maha Mengakhirkan, akhirkanlah hidup kami dengan
husnul khotimah.
73. Yaa awwalu adkhilnal jannta ma'al awwalin
* Ya Tuhan Yang Maha Pertama, masukkanlah kami ke dalam syurga bersama orang-orang yang pertama masuk syurga
74. Yaa aakhiru ij'al aakhiro 'umrinaa khoirohu.
* Ya Tuhan Yang Maha Akhir, jadikanlah kebaikan pada akhir umur kami.
75. Ya zhoohiru azhhiril haqqo 'alainaa warzuqnattibaa'ah
* Ya Tuhan Yang Maha Nyata, tampakkanlah kepada kebenaran , berikan kami kesanggupan untuk mengikutinya.
76. Yaa baathinu abthin 'uyuubanaa wastur 'aurootinaa.
* Ya Tuhan Yang Maha Menyembunyikan, sembunyikanlah cacat kami dan tutuplah rahasia kami.
77. Yaa waali anta waali amrinaa faasri' nushrotaka lanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Menguasai, Engkau adalah Penguasa urusan kami, maka segerakanlah pertolongan-Mu kepada kami.
78. Yaa muta'aali a'li kalimataka wakhdzul man khodzalanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Terpelihara dari semua kekurangan (Maha Luhur), luhurkan/peliharalah kalimat-Mu dan hinakan orang yang merendahkan kami.
79. Yaa barru ashib barroka alainaa waahyinaa ma'al barorotil kiroom.
* Ya Tuhan Yang Maha Dermawan, limpahkan kedermawanan-Mu kepada kami dan hidupkanlah kami bersama orang-orang yang dermawan lagi mulia.
80. Yaa tawwaabu taqobbal taubatanaa wataqobbal ma'dzi-rotanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Menerima taubat, terimalah taubat kami dan uzur kami.
81. Yaa afuwwu fa'fu annaa khothooyaanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Memaafkan , maafkanlah semua kesalahan kami
82. Ya rouufu anzil alainaa ro'fataka
* Ya Tuhan Yang Maha Pengasih, turunkanlah kepada kami kasih/kelembutan-Mu
83. Yaa Maalikal mulki aati mulkaka man tasyaa-u minnaa
* Ya Tuhan Yang Memiliki Kerajaan/Kekuasaan, berikan
kerajaan/kekuasaan-Mu kepada siapa yang Engkau kehendaki dari kami.
84. Yaa Muntaqimu laa tantaqim 'alaina bidzunuubinaa
* Ya Tuhan Yang Maha Menyiksa, janganlah kami disiksa lantaran dosa-dosa kami.
85. Yaa dzal jalaali wal ikroom akrimnaa bil ijlaali wattaqwaa
* Ya Tuhan Yang Mempunyai Keagungan dan Kemuliaan, muliakanlah kami dengan keagungan dan ketaqwaan.
86. Yaa Muqsithu tsabbit lanaa qisthon wazil 'anna zhulman
* Ya Tuhan Yang Maha Mengadili, tetapkanlah kepada kami keadilan dan hilangkan dari kami kezaliman.
87. Yaa Jaami'u ijma'naa ma'ash shoolihiin.
* Ya Tuhan Yang Maha Mengumpulkan, kumpulkanlah kami bersama orang-orang yang sholeh.
88. Yaa Ghoniyyu aghninaa bihalaalika 'an haroomik
* Ya Tuhan Yang Maha Kaya, berikanlah kepada kami kekayaan yang halal dan jauh dari keharaman.
89. Yaa Munghnii bini'matika aghninaa
* Ya Tuhan Yang Maha Memberi Kekayaan, dengan nikmat-Mu berikanlah kami kekayaan.
90. Yaa Maani'u imna' daairotas suu-i taduuru 'alainaa.
* Ya Tuhan Yang Maha Menolak, tolaklah putaran kejahatan yang mengancam kami.
91. Yaa Dhoorru la tushib dhorroka wadhorro man yadhurru 'alainaa
* Ya Tuhan Yang Maha Memberi Bahaya, jangan timpakan kepada kami bahaya-Mu dan bahaya orang yang akan membahayakan kami.
92. Yaa Naafi'u infa' lanaa maa 'allamtanaa wamaa rozaqtanaa
* Ya Tuhan Yang Maha Membri Manfaat, berikan kemanfaatan atas apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami dan kemanfaatan rizki yang Engkau berikan kepada kami.
93. Yaa Nuuru nawwir quluubanaa bihidaayatika
* Ya Tuhan Yang Maha Bercahaya, sinarilah kami dengan petunjukmu.
94. Yaa Haadii ihdinash shirothol mustaqim.
* Ya Tuhan Yang Maha Memberi Petunjuk, tunjukkanlah kepada kami jalan yang lurus.
95. Yaa Badii'u ibda' lanaa hayatan badii'ah
* Ya Tuhan Yang Maha Pencipta Keindahan, ciptakanlah kepada kami kehidupan yang indah.
96. Yaa Baaqii abqi ni'matakal latii an'amta 'alainaa.
* Ya Tuhan Yang Maha Kekal, kekalkanlah nikmat yang telah Engkau berikan kepada kami.
97. Yaa Waaritsu ij'alnaa min waratsati jannatin na'iim.
* Ya Tuhan Yang Maha Pewaris, jadikanlah kami orang yang akan mewarisi syurga kenikmatan.
98. Yaa Rasyiidu alhimna rusydaka waahyinaa raasyidiin.
* Ya Tuhan Yang Maha Cendekiawan, limpahkanlah kecendekiawaan-Mu dan hidupkanlah kami sebagai orang-orang cendekia.
99. Yaa Shabuuru ij'alnaa shaabiriina
* Ya Tuhan Yang Maha Penyabar, jadikanlah kami orang-orang yang selalu bersabar.


Ibnu Amr Hisyam, Khatib Kota Damaskus, mengatakan bahwa Ismul A’zhom yang ada pada surat Al Baqarah adalah: “Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus makhluknya…..” (QS. Al Baqarah: 255).

Sedangkan Ismul A’zhom yang berada pada surat Ali Imran adalah: “Alif… Lam…. Mim…. Allah, tiada Tuhan melainkan Dia yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”  (QS. Ali Imran; 1-2)

Adapun Ismul A’zhom yang berada pada surat Thaha adalah: “Dan tunduklah semua wajah kepada Tuhan yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus makhluk-Nya.” (QS. Thaha: 111).

Asma’ Allah Ya Hayyu Ya Qayyum masyhur dikenal sebagai Ismullahil A’zhom

Dalam tafsir Qurthubi ketika mentafsirkan Ayat Kursi, beliau menjelaskan bahwa Al Hayyu adalah Ismullahil A’zhom. Diriwayatkan bahwa Nabi Isa bin Maryam apabila ingin menghidupkan orang mati, maka beliau berdoa dengan menyebutkan nama ini dalam doanya: “Ya Hayyu Ya Qayyum”

Demikian juga dengan Ashif bin Burkhiya ketika beliau hendak mendatangkan singgasana Ratu Balqis ke hadapan Nabi Sulaiman As. beliau berdoa dengan menyebutkan: “Ya Hayyu Ya Qayyum.”

Juga Nabi Musa As. ketika ditanya oleh bani Israil tentang perkara Ismullahil A’zhom maka beliau berkata kepada mereka: “Aya Hayya Syaraahiya” (lafaz bahasa Ibrani) artinya dalam bahasa Arab adalah “Ya Hayyu Ya Qayyum” (lihat kitab Al Jami'u li Ahkami al Qur’ani, Imam Qurthubi jilid III halaman 259-260)



Diriwayatkan ketika Nabi Isa A.S dikejar-kejar oleh bangsa Yahudi untuk dibunuh datanglah Malaikat Jibril mengajarkan Asma ini kepadanya. Maka setelah Nabi Isa membacanya, dia pun diselamatkan oleh Allah dan diangkat ke langit. Asma ini mula-mula hanya diajarkan oleh Rasulullah kepada Bani Hasyim dan Bani Abdi Manaf. Rasulullah bersabda: berdoalah kalian dengan menggunakan Asma ini. Dengan menggunakan Asma ini, demi Tuhan yang jiwa Muhammad ada di dalam Qudrat-NYA bahwa sorang mukmin yang mendoa dengan asma ini akan berbetar seluruh arasy dan tujuh langit. Maka berfirman Allah kepada malaikat, saksikanlah oleh kalian Aku perkenankan doa orang yang berdoa dengan asma ini dan aku beri dia dengan segera ataupun dengan ditunda, baik urusan dunia maupun akhirat. Inilah asma nya:

ALLAHUMMA INNI AS’ALUKA BISMIKAL AHADI A’AZZI WA AD’UUKALLAHUMMA BISMIKAL AHADISSHOMADI, WAAD’UUKALLAHUMMA BISMIKAL AZHIIMIL WITRI, WA ADUKALLAHUMMA BISMIKAL KABIIRIL MUTA’ALI, ALLADZI MALA’AL ARKAANA KULLAHA ’AN TAKSIFA ‘ANNI MAA ‘ASBAHTU WAMAA AMSAITU FIIHI.





SYARIAT,TAREKAT, HAKIKAT,MA’RIFAT

WASPADALAH ! Hidup di dunia ini Jangan CEROBOH dan GEGABAH Sadarilah dirimu Bukan yang HAQQ Dan Yang HAQQ bukan dirimu,krn Puncak ilmu yg SEMPURNA sprt API BERKOBAR Hanya BARA & NYALANYA,Ketauilah wujud sblm api MENYALA Dan sesudah api PADAM Krn serba diliputi RAHASIA.Jgn tinggikan diri melampaui UKURAN,Berlindunglah semata kpd-Nya,KETAHUILAH,Rumah sbnrnya JASAD ialah RUH.
Mendapat Karomah dengan jalan Mujahadah dan Riyadhoh yang tinggi dalam menjalankan pengetahuan tasawuf hingga mencapai Ma'rifat kepada Allah.
Hubungan para wali dengan Allah sudah sangat harmonis sehingga segala kelakuan mereka dalam ketentuan Allah tanpa ada pengaruh syaitan, hawa Nafsu dan keduniaan. Banyak kita temui Karomah para wali dijagat raya ini yang diluar kemampuan akal dan fisik manusia biasa untuk membuktikan keagungan dan kebenaran Allah.
" Ingatlah,sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa " (QS. Yunus:62-63)
 Sesungguhnya Allah memerintahkan HambaNya untuk mencari kelebihannya, salah satunya adalah dekat mendekatkan diri padanya melalui hati sanubari (ma’rifat), sebagaimana ayat-ayat dibawah ini :
" Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari kelebihanNya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu " (QS. Annisa:32).
" Dia akan memberi pada tiap-tiap orang yang mempunyai kelebihan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut akan ditimpa siksa hari qiamat " (QS. Huud:2).
Memperoleh Kelebihan Allah
1. Wahbi atau Ladunni
Yaitu kelebihan Allah yang diperoleh dengan jalan wahyu atau ilham tanpa ada usaha, mudah dan cepat mendapatkannya karena langsung dari Allah. Seperti, para Rasul dengan wahyu, Nabi dengan ilham.
2. Kasbi atau Ikhtiyari
Yaitu kelebihan Allah yang diperoleh dengan usaha yang keras, sulit mendapatkannya dan dalam waktu yang relatif lama. Seperti, kelebihan orang shalih yang diperoleh dengan istiqomah beribadah atau menjalankan tasauf dengan Mujahadah dan Riyadhoh yang tinggi.Setiap manusia dapat memperoleh kelebihan yang Allah sediakan untuknya asalkan mereka mampu menjalannya dengan baik dan hati yang bersih atau Allah memberikan langsung dengan mudah tanpa usaha melalui wahyu atau ilham. 
 Ma’rifat dalam Pandangan Al-Qur’an dan Hadits
Dari uraian diatas telah dijelaskan bahwa ma’rifat adalah pengetahuan tentang rahasia-rahasia dari Tuhan yang diberikan kepada HambaNya melalui pancaran CahayaNya (Tuhan) ke dalam hati seorang Sufi. Dengan demikian Ma’rifat berhubungan dengan Nur (Cahaya Tuhan). Di dalam Al-Qur’an dijumpai tidak kurang dari 43 kali kata Nur di ulang dan sebagian besar dihubungkan dengan Allah. Salah satunya ayat di bawah ini :
”Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (QS. Al-Nur 24 : 40)
 Ibnu Qoyyim dalam kitab Al Fawaid hal 29, mengatakan: “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al Qur’an dengan dua cara yaitu pertama, melihat segala perbuatan Allah dan yang kedua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah” seperti dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal.” (QS. Ali Imran: 190)
 
Tuhan sangat dekat bahkan lebih dekat dari rasa dekat. Demikian salah satu petuah bijak dari langit. Kedekatan rasa dengan Tuhan ini bisa dicapai manakala kita berjalan mentaati anjuranNya; berbuat baik, membantu yang membutuhkan, memberi manfaat pada dunia dan tidak merusak tatanan dan hukum alam semesta.
Rasa yang dekat dengan Tuhan, itulah yang sesungguhnya dicari dalam setiap pergerakan makhluk hidup, termasuk manusia. Beruntunglah kita, manusia biasa yang memiliki otak untuk berpikir tentang hakekat kedekatan ini. Makluk hidup yang lain tidak mampu melongok apa arti dan hakekat kedekatan dengan Tuhan. Bagi mereka, kedekatan sama artinya dengan hidup itu sendiri. Itu sebabnya, mereka tidak mengenal surga atau neraka dan tidak perlu diadili di akhirat.
Manusia? Ya jelas harus dekat dengan Tuhan. Apabila tidak, maka bersiaplah untuk terlempar ke dalam dunia yang tanpa petunjuk. Hidup yang tanpa arah dan tujuan yang jelas dunia dan akhirat, adalah sebuah kehidupan yang getir, pahit dan meranggas. Namun ada pula manusia yang beranggapan bahwa mendekati Tuhan sama artinya dengan menjauhi kebebasan. Kebebasan, kata mereka, adalah sebuah situasi dimana manusia bisa berkreasi mengukir hidupnya tanpa harus dibatasi oleh petunjuk dan aturan Tuhan. Sayangnya, ini akan membuat manusia terjebak dalam dogmatisme yang kaku dan buta, yang tentu saja jauh dari garis edar Tuhan.
Sayangnya, kelompok manusia yang seperti ini kurang lanjut dan panjang dalam memaknai kebebasan. Kebebasan yang sejati sesungguhnya adalah sebuah ketaatan untuk berjuang menegakkan hukum dan garis Tuhan di alam semesta. Kebebasan yang mutlak bisa dicapai bila kita berjalan di jalan yang abadi dan mutlak pula. Bila kita masih mengandalkan tapak kaki di jalan yang sementara-sementara, di terminal-terminal spiritual yang tidak sampai ke hakekat kebebasan sejati, maka kita harus bersiap untuk memasuki hidup yang gelap dan bengis.
Manusia yang dekat dengan Tuhan berarti mereka sadar bahwa hidup adalah perjalanan menuju keabadian. Boleh disebut, hidup di dunia ini hanya satu titik dari garis panjang perjalanan hidup menempuh satu planet ke planet yang jauhnya tidak bisa diukur. Berapa panjang hidup manusia sesungguhnya? Tidak ada yang mengerti kecuali Tuhan yang serba mengetahui semua rahasia.
Dekatnya kita dengan Tuhan bukanlah kedekatan yang bisa diukur dengan menggunakan penggaris. Kedekatan itu bukanlah diukur dengan satuan ukuran fisika, mili, centi, meter, kilometer dan seterusnya. Kedekatan adalah sebuah penghayatan bahwa kita ini sedang bercengkrama, selalu berkomunikasi di setiap detak jantung dan berada di “pelukan” Tuhan. Rasanya? Setiap individu akan mengalami rasa yang berbeda-beda bila dekat dengan Tuhan. Lidah kita akan mengatakan manis saat merasakan permen, namun sensasi selanjutnya dari manisnya permen tentu berbeda-beda pula komentarnya.
Bagaimana cara bila ingin dekat dengan Tuhan? Tidak ada hal yang lebih mudah untuk mendekati Tuhan. Lebih mudah dari membalik telapak tangan kita. Sebab kedekatanNya tiada berjarak dengan pengetahuan kita. Di tingkat syariat: kedekatan itu masih perlu dipikirkan. Di tingkat hakekat: kedekatan masih perlu didzikirkan. Di tingkat makrifat: kedekatan hanyalah dialami dan tidak perlu dipikirkan dan didzikirkan lagi. Aku adalah Aku!
 SYARIAT,TAREKAT, HAKIKAT,MA’RIFAT
Pemahaman yang beredar dalam khasanah sufistik, tasawuf atau mistik Islam bahwa perjalanan spiritual itu dimulai dari menjalankan syariat, memasuki jalan suluk tarekat dengan berdzikir, kemudian berolah pikir di aras hakekat, hingga berujung pada mengenal Tuhan setelah bermakrifat/ bertemu dengan-Nya.
Mohon maaf bila pemahaman tersebut perlu didekonstruksi dan didiskusikan ulang. Sebab keyakinan kita atas hal itu bisa jadi salah.
Menurut saya, proses bahwa perjalanan spiritual itu justeru tidak dimulai dari syari’at, tarekat, hakikat, hingga ma’rifat. Namun lihatlah perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW, teladan umat muslim justeru yang terjadi adalah kebalikannya:
Perjalanan spiritual justeru dimulai dari MA’RIFAT, TAREKAT, HAKIKAT dan akhirnya sampai pada SYARIAT.
MAKRIFAT adalah bertemu dan mencairnya kebenaran yang hakiki: yang disimbolkan saat Muhammad SAW bertemu Jibril, HAKIKAT saat dia mencoba untuk merenungkan berbagai perintah untuk IQRA, TAREKAT saat Muhammad SAW berjuang untuk menegakkan jalanNya dan SYARIAT adalah saat Muhammad SAW mendapat perintah untuk sholat saat Isra Mikraj yang merupakan puncak pendakian tertinggi yang harus dilaksanakan oleh umat muslim.
Itulah sebabnya, SYARIAT SHOLAT ADALAH PUNCAK PENDAKIAN SPIRITUAL yang terkadang justeru dilalaikan oleh kaum sufi dan para ahli spiritual. Padahal, Nabi MUHAMMAD SAW memberi tuntunan tidak seperti itu.
SHOLAT adalah komunikasi tertinggi serta pertemuan antara TUHAN dan MANUSIA. Sholat juga merupakan PERTEMUAN TITIK MODULASI DIMENSI YANG LAHIR DAN BATIN ANTARA TUHAN YANG MAHA LAHIR DAN MAHA BATIN dengan manusia yang merupakan makhluk satu-satunya yang memiliki SDM untuk mempertemukan titik temu dari dua dimensi tersebut dalam dirinya.
TITIK TEMU itu terletak pada KESADARAN. NAH, Bagaimana penjelasan tentang PERJUMPAAN TUHAN dengan MANUSIA? Monggo KITA sholat dengan khusyuk. CARI TITIK PALING HENING dan NIKMATILAH WAJAH TUHAN DAN BERMESRAANLAH DENGAN DIA, YANG MAHA TERKASIH.
MA’RIFAT, HAKIKAT, TAREKAT DIAKSES dengan alat epistemologis PANCAINDERA AKAL-RASA-BUDI dan akhirnya PENDAKIAN SPIRITUAL sampai pada SYARIAT, yaitu DIAKSES DENGAN SEMUA ALAT EPISTEMOLOGIS MANUSIA: PANCAINDERA, AKAL, RASA, BUDI dan ini yang special yaitu HIDAYAH WAHYU untuk kemudian dimanifestasikan dalam PERILAKU…
Itu sebabnya, bila Sholatnya bagus maka PERILAKU PASTI BAIK, SEHINGGA DARI PERILAKULAH KITA BISA MENAKAR APAKAH SESEORANG ITU SUDAH BERMANUNGGAL DENGAN TUHAN. PERILAKU adalah ibadah yang menjadi SYAHADAT manusia yang sudah mencapai taraf INSAN KAMIL, yaitu bermanunggalnya makrokosmos dengan mikrokosmos, jagad alit dan jagad gede, manunggaling kawulo kelawan gusti.
Dalam makna syariat menuju Illahi, umat Islam sering terjebak dalam pengertian sempit sehingga tak jarang kehilangan substansinya. Dan akibatnya, mereka hanya melakukan ibadah seremonial dan tidak mendapatkan sesuatu yang berharga yakni pembuka jalan menuju “kebenaran syariat”.
Sikap terhadap shalat misalnya, betapa banyak nilai penghayatan dan kekhusyu’an yang terabaikan. Shalat bukan lagi sebagai kebutuhan dialog dan memohon petunjuk tetapi telah berubah sebagai kewajiban yang harus dipenuhi dengan berbagai macam larangan dan ancaman yang mengerikan. Sehingga terasa sekali muncul ketidaknyamanan dalam setiap melakukan syariat Islam. Hal ini tidak ubahnya tawanan perang yang harus memenuhi kewajiban membayar upeti seraya terbayang betapa kejamnya sang penguasa.
Belum lagi dalam melaksanakan petunjuk Al Qur’an yang terasa dikejar target syarat sahnya syariat selain hitung-hitungan amal, dan jarang mengarah pada pemahaman akan fungsi syariat itu sendiri. Setiap syariat (aturan Allah) merupakan jalan dengan segala rambu-rambunya menuju hikmah yang dikandung di dalam teks dan praktek secara sempurna, serta pembuka tabir dibalik “firman”.
Syariat bukan hanya untuk dibaca dan disucikan tanpa menyentuh isi tujuan yang dibaca, seperti tercantum dalam surat Al Alaq 1-5 : “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari ‘alaq. Bacalah ! dan Tuhanmu yang paling pemurah. Yang telah mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Memang, Al Qur’an adalah firman Allah yang disucikan sehingga memegangpun harus suci dari hadast, namun hal ini bukan berarti haram bagi manusia untuk memahami sesuai dengan kadar pemikiran dan pemahamannya. Sebab Al Qur’an itu diturunkan sebagai petunjuk manusia dan semesta alam.

Rabu, 15 Februari 2012

Tasawuf dan ilmu hikmah

Aku (Allah) adalah perbendaharaan yang tersembunyi (Ghaib), Aku ingin memperkenalkan siapa Aku, maka aku ciptakanlah mahluk. Oleh karena itu Aku memperkenalkan DiriKu kepada mereka. Maka mereka itu mengenal Aku 

Tuhanku, dekatkanlah aku kepadaMU dgn rahmatMU supaya segera aku sampai kepadaMU, dan tariklah aku dgn kurniaMU sehingga aku menghadap kepadaMU

Tuhanku, berilah kepadaku tingkat haqiqat orang2 muqarrabin. dan jalankanlah aku di jalanan orang2 yg Engkau kasihi yg tertarik langsung kepadaMU

 
          Tasawuf adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui penyucian rohnya.
Tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu dengan Roh Tuhan. Filsafat yang menjadi dasar pendekatan diri itu adalah, pertama, Tuhan bersifat rohani, maka bagian yang dapat mendekatkan diri dengan Tuhan adalah roh, bukan jasadnya. Kedua, Tuhan adalah Maha Suci, maka yang dapat diterima Tuhan untuk mendekatiNya adalah roh yang suci.
             Jalan yang ditempuh seseorang untuk sampai ke tingkat melihat Tuhan dengan mata hati dan akhirnya bersatu dengan Tuhan demikian panjang dan penuh duri. Bertahun-tahun orang harus menempuh jalan yang sulit itu. Karena itu hanya sedikit sekali orang yang bisa sampai puncak tujuan tasawuf. Jalan itu disebut tariqah (bahasa Arab), dan dari sinilah berasal kata tarekat dalam bahasa Indonesia. Jalan itu, yang intinya adalah penyucian diri, penyucian diri diusahakan melalui ibadat, terutama puasa, shalat, membaca al-Qur'an dan dzikir.
Tasawwuf adalah fase kelanjutan umat islam dalam pencariannya terhadap Dzat Tunggal. Mereka berupaya mendaki maqam-maqam tasawwuf. Diantara konsep taswwuf tentang maqamat, ma’rifat termasuk yang menarik untuk dikaji lebih mendalam.
 Dalam tasawuf, setelah di raihnya maqam mahabbah ini tidak ada lagi maqam yang lain kecuali buah dari mahabbah itu sendiri. Pengantar-pengantar spiritual seperti sabar, taubat, zuhud, dan lain lain nantinya akan berujung pada mahabatullah (cinta kepada Allah)

 ”Dan barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (QS. Al-Nur 24 : 40)


Dari segi bahasa Ma’rifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. Dan dapat pula berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang bisa didapati oleh orang-orang pada umumnya. Ma’rifat adalah pengetahuan yang objeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zahir, tetapi lebih mendalam bathinnya dengan mengetahui rahasianya,Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat ketuhanan dan hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal dari yang satu. Selanjutnya ma’rifat digunakan untuk menunjukkan pada salah satu tingkatan dalam tasawuf. Ma’rifat muncul seiring dengan adanya istilah Tasawwuf, dimana dalam Tasawwuf (dalam hal ini para sufi ‘) berusaha melakukan pendekatan dan pengenalan kepada Allah untuk mencapai tingkat ma’rifatullah yang tinggi. 
 Ma'rifat adalah mengenal yang hak pada segala Asma dan sifatNya dengan sebenar-benarnya

dikemukakan al-Kalazabi, ma’rifat datang sesudah mahabbah, hal ini disebabkan karena ma’rifat lebih mengacu pada pengetahuan sedangkan mahabbah menggambarkan kecintaan.
Ma’rifat dalam arti harfiah adalah Pengenalan seorang Hamba terhadap Tuhannya, dalam hal ini adalah Allah, karena tujuan utama dari seorang hamba adalah mengenal Tuhannya dengan baik dan berusaha mencintaiNya.
Dalam kitab Al-Mahabbah, Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi. "(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. 5: 54)
 
Tujuan ma’rifat adalah berhubungan dengan Allah, musyahadat terhadap wajah Allah dengan kendalinya jiwa basyariyah kepada eksistensinya yang inhern, wasilahnya dan mujahadah olah spiritual. Ma’rifat datang ke hati dalam bentuk kasyf dan Ilham.

1. Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan tertutup dan ketika itu yang dilihatnya hanyalah Allah.
2. Makrifat adalah cermin, kalau seorang yang arif melihat ke cermin maka yang dilihatnya hanyalah Allah.
3. Yang dilihat orang arif saat tidur dan bangun hanyalah Allah.
4. Sekiranya Ma’rifat mengambil bentuk materi, semua orang yang melihatnya akan mati karena tak tahan melihat kecantikan dan bentuk keindahannya, dan semua cahaya akan menjadi gelap disamping cahaya keindahan yang gilang gemilang.

mengenal Allah dalam arti Ma’rifatullah (melihat Allah) dengan matahati. Maka ia melihat “Tak ada perbuatan yang bertebaran di alam ini , kecuali perbuatan Allah; Tak ada nama yang melekat pada suatu apapun, melainkan nama Allah; Tak ada sifat yang mewarnai diri, kecuali sifat Allah; Tak ada zat yang meliputi makhluk, melainkan Zat Allah”.
Anugrah Allah kepada hamba yang dikasihi–Nya merupakan lensa ma’rifat yang hakiki kepada-Nya.
    
 Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). 
Ciri orang yang ma'rifat adalah laa khaufun 'alaihim wa lahum yahzanuun. Ia tidak takut dan sedih dengan urusan duniawi. Sebab, orang yang ma'rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah.
 Abu Ali Addaqaq berkata: " Kehidupan orang yang Arif selalu tenang tidak ada rasa takut atau bersedih hati dan tingkah lakunya menunjukkan kehebatan Allah ".

cinta kepada Allah adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan ia menduduki derajad/level yang tinggi. 
"(Allah) mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya." (QS. 5: 54).


Sunan Kalijaga: “Allah itu adalah seumpama memainkan wayang.”
Syekh Majagung: “Allah itu bukan disana atau disitu, tetapi ini.”
Syekh Maghribi: “Allah itu meliputi segala sesuatu.”
Syekh Bentong: “Allah itu itu bukan disana sini, ya inilah.”
Sunan Bonang: , “Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.”
Sunan Kudus: “Jangan suka terlanjur bahasa menurut pendapat hamba adapun Allah itu tidak bersekutu dengan sesama.”
Sunan Giri berpendapat, “Allah itu adalah jauhnya tanpa batas, dekatnya tanpa rabaan.”
Syekh Siti Jenar: “Allah itu adalah keadaanku. Sesungguhnya aku inilah haq Allah pun tiada wujud dua, nanti Allah sekarang Allah, tetap dzahir batin Allah”
Sunan Gunung Jati:  “Allah itu adalah yang berwujud haq”

“Sabda sukma, adhep idhep Allah, kang anembah Allah, kang sinembah
Allah, kang murba amisesa.”
Pernyataan Syekh Siti Jenar diatas secara garis besarnya adalah: “Pernyataan roh yg bertemu-hadapan dgn Allah, yg menyembah Allah, yg disembah Allah, yg meliputi segala sesuatu.

Cinta tulus Rabi'ah al-'Adawiah kepada Tuhan, akhirnya dibalas Tuhan, dan ini tertera dari syairnya yang berikut:    
     Kucintai Engkau dengan dua cinta,
    Cinta karena diriku dan cinta karena diri-Mu,
    Cinta karena diriku Membuat aku lupa
    yang lain dan senantiasa menyebut nama-Mu,
    Cinta kepada diri-Mu,
    Membuat aku melihat Engkau karena Engkau bukakan hijab,
    Tiada puji bagiku untuk ini dan itu, Bagi-Mu-lah puji dan untuk itu semua
syair al-Hallaj 
    Maha Suci Diri Yang Sifat kemanusiaan-Nya
    Membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang
    Kemudian kelihatan bagi makhluk-Nya dengan nyata
    Dalam bentuk manusia yang makan dan minum

    Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku
    Sebagaimana anggur disatukan dengan air suci
    Jika Engkau disentuh, aku disentuhnya pula
    Maka, ketika itu -dalam tiap hal- Engkau adalah aku

Syech jalaludin rumi
Nabi bersabda bahwa Kebenaran telah dinyatakan:
“Aku tidak tersembunyi, tinggi atau rendah
Tidak di bumi, langit atau singgasana.
Ini kepastian, wahai kekasih:
Aku tersembunyi di kalbu orang yang beriman.
            Jika kau mencari aku, carilah di kalbu-kalbu ini.

Dunia tersembunyi memiliki awan dan hujan,
tetapi dalam jenis yang berbeda.
Langit dan cahaya mataharinya, juga berbeda.
Ini tampak nyata,
hanya untuk orang yang berbudi halus
mereka yang tidak tertipu oleh kesempurnaan dunia yang semu

Ketujuh lembah yang harus ditempuh untuk dapat bertemu dengan Sang Khalik itu adalah lembah pencarian, lembah cinta, lembah keinsyafan, lembah kebebasan dan kelepasan, lembah keesaan murni, lembah keheranan, lembah ketiadaan, dan keterampasan

SHOLAWAT MIZANUL ARDHI SAMAAWAAT.

(TIMBANGAN LANGIT DAN BUMI).

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM.

ALLAAHUMMA SHOLLI ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ALAA AALIHII SHOLAATAN TAZINUL ARODHIINA WASSAMAAWAATI ADADA MAA FII ILMIKA WA ADADA JAWAAHIRI AFROODI KUROTIL AALAMI WA ADH�AAFA DZAALIKA INNAKA HAMIIDUN MAJIIDUN.

Manfaat Sholawat Ini :

Sholawat ini disebutkan dalam kitab Kunuuzil Asror, tentang sholawat ini Syekh Al-Iyasy berkata, �Sholawat ini mempunyai rahasia (sir) yang sangat besar dan keutamaan yang sangat banyak serta menyamai 100.000 ribu sholawat yang lainnya bagi mereka yang mengamalkannya secara istiqomah kurang lebih selama 40 hari/lebih dari itu.

   DOA NABI KHIDIR DAN NABI  ILYAS 

BISMILLAHI MAA SYAA ALLOH LAA YASUQUL KHOIRO ILLALLOH
BISMILLAHI MAA SYAA ALLOH LAA YASHRIFUS SUU A ILLALLOH
BISMILLAHI MAA SYAA ALLOH MAA KAANA MIN NIKMATIN FAMINALLOH
BISMILLAHI MAA SYAA ALLOH LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAHIL ‘ALIYYIL ‘ADZIIM
SUBHAANALLOH WABIHAMDIHII SUBHAANALLOH HIL ‘ADZIIM, WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLA BILLAHIL ‘ALIYYIL ‘ADZIIM

 DOA SYAIKH ABDUL QADIR JAELANI
RABBI INNII MAGHLUUBUN FAN TASHIR WAJBUR QALBII AL MUNKASI RU WAJMA’SYAMLII AL MUDDATSIRU INNAKA ANTAR RAHMAANUL MUQTA DIRU.WAKFINII YAA KAAFI FA ANAL ABDUL MUF TAQIRU.WA KAFA BILLAAHI WA LIYYAN WA KAFAA BILLAAHI NASHIIRAN.INNASY SYIRKA LA DLULMUN ‘ADLIIMUN.WA MALLAAHU YURIIDU DLULMUN LIL’IBA DI.FA QUTHI’A DAABIRUL QAUMIL LADZIINA DLALAMU WAL HAMDULILLAAHI RABBIL’AALAMIIN.